Avtur Jelantah Pertamina: Energi Hijau Masa Depan Indonesia

Admin

28/05/2025

6
Min Read

On This Post

Pertamina terus menunjukkan dedikasinya pada pengembangan energi rendah karbon melalui proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF), atau produksi avtur yang memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku utama. Proyek ambisius ini diimplementasikan melalui sinergi yang solid antara dua pilar utama anak perusahaan Pertamina: PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Pertamina Patra Niaga. Project USAF ini merupakan manifestasi nyata dari komitmen mendalam Pertamina dalam menjaga ketahanan energi nasional, sembari aktif mendorong pengembangan energi rendah karbon yang berkelanjutan.

Sebagai langkah strategis untuk memperkokoh komitmen tersebut, Pertamina kini tengah mempersiapkan perluasan dan replikasi Project USAF yang sebelumnya telah sukses dikembangkan di Kilang Cilacap, untuk kemudian diimplementasikan di Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Komitmen substansial ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan pengembangan Project USAF.

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menegaskan bahwa Project USAF (Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel) adalah sebuah inisiatif visioner yang sangat relevan dalam memacu pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan. Keberadaan proyek ini semakin diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri ESDM Nomor 4 Tahun 2025, dan selaras dengan peta jalan Kemenko Marves yang mempercepat implementasi SAF dari tahun 2027 menjadi tahun 2026. Dalam inisiatif strategis ini, KPI akan berperan penting dalam mengolah minyak jelantah menjadi avtur, sementara Patra Niaga akan membuka cakrawala pemanfaatannya secara lebih luas dan komersial.

"Sebagai entitas integral dari Pertamina Group, KPI mengemban mandat besar dalam mendukung agenda krusial tersebut. Project USAF ini adalah bukti konkret bahwa kami berdedikasi untuk tidak hanya menjaga ketahanan energi nasional, tetapi juga secara aktif mengembangkan portofolio energi rendah karbon yang berkelanjutan," ungkap Taufik dalam keterangan tertulisnya, pada hari Selasa (27/5/2025).

Pada tahun 2024, KPI mencanangkan Project USAF (UCO to SAF) sebagai tonggak penting menuju komersialisasi bahan bakar pesawat yang inovatif, berbahan dasar limbah minyak jelantah yang telah memperoleh sertifikasi keberlanjutan. Serangkaian aktivitas strategis telah dijalankan, termasuk pengembangan teknologi katalis yang berkolaborasi dengan Pertamina Technology Innovation, produksi katalis yang dilakukan oleh PT Katalis Sinergi Indonesia, serta proses sertifikasi keberlanjutan ISCC EU dan CORSIA. Pada momen krusial Turn Around Januari 2025, KPI telah berhasil melakukan penggantian katalis USAF di Kilang RU IV, yang menandai kesiapan untuk uji komersial produksi SAF bersertifikasi, berbahan dasar minyak jelantah, yang dijadwalkan pada awal kuartal ketiga tahun 2025.

Visi ambisius untuk menjadi produsen pertama SAF bersertifikasi, dengan bahan baku minyak jelantah di Indonesia, semakin diperkuat dengan dukungan ekosistem hulu-hilir yang kokoh di dalam Pertamina Group. Ekosistem strategis ini melibatkan sejumlah subholding yang vital, antara lain Pertamina Patra Niaga, Pelita Air, dan Pertamina Persero yang bertindak sebagai koordinator proyek.

Sebagai wujud komitmen yang tak tergoyahkan terhadap pengembangan Project USAF, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) siap sedia untuk memperluas inisiatif transformatif ini ke kilang-kilang lainnya, termasuk Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Langkah strategis ini diambil untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), sekaligus memulai tahapan krusial uji coba komersial.

Taufik Aditiyawarman menjelaskan bahwa Project USAF tidak hanya berfokus pada produksi bahan bakar berkelanjutan, melainkan juga menjadi bagian integral dari cetak biru besar ekosistem sirkular SAF. Proyek inovatif ini dirancang untuk membentuk rantai pasok yang solid dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang relevan, mulai dari pengumpul minyak jelantah (UCO), transporter, hingga off-taker yang mencakup maskapai penerbangan dan BUMN di sektor aviasi.

"Dan pada tahun 2028, kami optimis dapat menyaksikan startup Green Refinery Project di Cilacap, dengan kapasitas impresif 6 MBSD, mengolah feedstock dari UCO, POME, dan sumber-sumber lainnya. Hal ini akan menegaskan posisi Pertamina sebagai pelopor energi hijau yang sejati," pungkasnya dengan penuh keyakinan.

Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menyampaikan bahwa kolaborasi sinergis antara KPI dan PT Pertamina Patra Niaga dalam mengembangkan Project USAF merupakan sebuah tonggak bersejarah, tidak hanya bagi Pertamina tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan. Inisiatif strategis ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang menekankan urgensi kemandirian energi nasional.

Sebagai perwujudan nyata dukungan terhadap implementasi Project USAF, PT Pertamina Patra Niaga telah secara proaktif menyiapkan alat pengumpul minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) di sepuluh SPBU yang tersebar di wilayah Jakarta. Inisiatif kolaboratif ini juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengumpulan UCO sebagai bahan baku utama SAF. Mars Ega mengungkapkan bahwa antusiasme masyarakat sangat tinggi, dengan banyak warga secara sukarela menyetorkan minyak jelantah yang mereka miliki, demi mendukung transisi energi berkelanjutan yang sangat penting.

"Alat ini masih dalam skala piloting, tetapi hingga hari ini telah tercatat sedikitnya 6.042 orang yang secara sukarela menyetorkan UCO di alat-alat yang tersebar di sepuluh SPBU di Jakarta," ujar Mars Ega, menggarisbawahi dampak positif dari inisiatif ini.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada manajemen dan seluruh jajaran Pertamina atas penandatanganan komitmen pengembangan Used Cooking Oil (UCO) to Sustainable Aviation Fuel (SAF). Menurut Simon, Project USAF menjadi jawaban konkret atas tantangan global dalam menjaga ketahanan energi, memastikan harga yang terjangkau bagi masyarakat, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan yang krusial.

Namun, Simon juga mengingatkan dengan tegas bahwa proyek visioner ini tidak boleh berhenti hanya pada seremoni penandatanganan. Ia menegaskan bahwa pengembangan USAF yang telah dijalankan Pertamina selama ini harus segera terealisasi dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi berbagai pihak.

"Ini adalah prestasi membanggakan yang telah diukir Pertamina, dan kita harus wujudkan hingga terimplementasi dengan baik. Kita juga harus saling berkolaborasi secara erat, agar Pertamina terus menjadi yang terdepan dalam menyediakan energi yang baik bagi negeri ini," tegas Simon, menyerukan persatuan dan aksi nyata.

Acara penandatanganan komitmen pengembangan Project USAF juga dihadiri oleh Komisaris Utama Pertamina, Mochamad Iriawan. Beliau menegaskan bahwa transisi energi saat ini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan strategis yang mendesak. Apalagi dengan target ambisius Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, proyek Used Cooking Oil to Sustainable Aviation Fuel (USAF) atau avtur berbahan minyak jelantah ini mendapatkan sambutan positif yang luar biasa dari Mochamad Iriawan.

Menurutnya, SAF bukan sekadar proyek biasa, melainkan sebuah misi besar untuk membangun ekosistem energi baru yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, ia mendorong Pertamina Group untuk memperkuat kolaborasi internal antar subholding dan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak eksternal, termasuk pemerintah, maskapai penerbangan, lembaga riset, penyedia bahan baku, hingga mitra internasional.

"SAF harus menjadi solusi yang berkelanjutan secara menyeluruh, dan pastikan Pertamina Group menjadi pemimpin utama di bisnis SAF, baik sebagai produsen utama maupun market leader dalam pasar domestik dan global. Proyek transformatif ini harus diimplementasikan secara terarah dan konsisten sesuai target yang telah ditetapkan," pungkas Mochamad Iriawan, dengan nada yang penuh harapan.

Sebagai informasi tambahan, KPI adalah anak perusahaan Pertamina yang fokus menjalankan bisnis pengolahan minyak dan petrokimia dengan berlandaskan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). Perusahaan ini juga telah terdaftar di United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen untuk menjalankan Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam setiap strategi operasionalnya, sebagai bagian integral dari penerapan ESG.

KPI terus berkomitmen untuk menjalankan bisnis secara profesional, dengan visi yang jelas untuk menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia kelas dunia yang mengedepankan kepedulian terhadap lingkungan, tanggung jawab sosial, serta tata kelola perusahaan yang transparan dan baik.

Simak Video ‘IPA Convex 2025: Meneguhkan Ketahanan Energi dalam Transisi Rendah Karbon’: